Ghuraba: Mereka yang Tetap Belajar Saat Dunia Berpaling dari Agama

Purwakarta (01/08). Nasehat keagamaan penuh makna disampaikan oleh Dewan Penasehat Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Kabupaten Purwakarta KH. Mochammad Ridwan Nachdi selepas Shalat Jumat di Masjid Nurridwan, Pimpinan Anak Cabang (PAC) LDII Kelurahan Ciseureuh, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Dalam ceramah bertema keistiqamahan di akhir zaman, KH. Ridwan mengangkat fenomena “ghuraba”, yaitu orang-orang asing yang tetap memegang teguh agama ketika banyak orang meninggalkannya.
Mengawali tausiyahnya, beliau mengingatkan bahwa tanda-tanda akhir zaman sudah terlihat, di mana Islam menjadi asing di tengah umat Islam sendiri. Ajaran sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam banyak yang ditinggalkan, dan orang-orang yang berusaha mengamalkannya justru dianggap aneh bahkan ekstrem.
“Islam muncul dalam keadaan asing dan akan kembali sebagaimana saat ia muncul pertama kali. Maka beruntunglah orang-orang yang asing (ghuraba), ” رواه مسلم (حديث رقم 145)

KH. Ridwan menjelaskan, orang-orang yang istiqamah dalam beragama meski berada dalam lingkungan yang rusak, adalah orang-orang yang dipuji dalam syariat. Mereka disebut sebagai pembawa cahaya di tengah gelapnya zaman.
قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَنِ الْغُرَبَاءُ؟ قَالَ: الَّذِينَ يُصْلِحُونَ إِذَا فَسَدَ النَّاسُ
Rasulullah ditanya: Wahai Rasulullah, siapa itu orang-orang asing (ghuraba)? Beliau bersabda: ‘Mereka adalah orang-orang yang memperbaiki (keadaan) saat manusia berada dalam kerusakan, ” (HR. Ahmad).
KH. Ridwan juga mengingatkan bahwa di masa seperti ini, orang yang bersabar berpegang pada agama ibarat menggenggam bara api. Dibutuhkan kekuatan iman, kesabaran, dan ilmu untuk bisa bertahan dalam ketaatan.
يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ، الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ، كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ
“Akan datang suatu masa, orang yang bersabar berpegang pada agamanya seperti menggenggam bara api.”(HR. Tirmidzi no. 2260)
Beliau menambahkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menjanjikan ketenangan dan keberkahan bagi orang-orang yang tetap istiqamah:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Tuhan kami ialah Allah’ kemudian mereka tetap istiqamah, maka tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak (pula) bersedih hati. ” (QS. Al-Ahqaf: 13)
Tak hanya itu, rezeki yang luas dan kehidupan yang diberkahi juga dijanjikan bagi mereka yang lurus di jalan agama:
وَأَلَّوِ اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُمْ مَاءً غَدَقًا
“Dan bahwasanya jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak). ” (QS. Al-Jin: 16)
Menutup tausiyahnya, KH. Ridwan mengajak para jamaah untuk terus menuntut ilmu agama dan membentengi diri dengan pemahaman Islam yang benar agar tidak hanyut dalam derasnya arus zaman. “Belajarlah agama dengan sabar dan istiqamah. Karena di masa seperti ini, menuntut ilmu adalah bentuk perjuangan dan perlawanan terhadap kejahilian yang sistemik,” pungkasnya.
